Tugu Pahlawan Surabaya adalah monumen yang dibangun untuk memperingati peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, di mana ketika itu arek-arek Suroboyo berjuang melawan pasukan Sekutu yang mengultimatum penduduk kota Surabaya akibat tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby.
Ketika pertempuran 10 November 1945 meletus, gedung ini menjadi pusat gerakan Polisi Tentara Keamanan Rakyat (PTKR) di bawah pimpinan Hasanudin Pasopati dan N. Suharyo Kecik, dan merupakan salah satu tempat pertempuran di mana gedung ini diserang dari berbagai arah termasuk menggunakan serangan udara.
Sejarah Tugu Pahlawan Surabaya
Ada dua pendapat mengenai sejarah pendirian Tugu Pahlawan yang terletak di Taman Kebonrojo di depan Kantor Gubernur Jawa Timur ini. Semua catatan sejarah ini menambah makna yang mendalam kepada pendirian monumen Tugu Pahlawan.Pendapat pertama adalah pendirian tugu ini diprakarsai oleh Doel Arnowo, walikota Surabaya pada masa itu. Doel meminta kepada arsitek Mr. Tan untuk merancang gambar monumen dimaksud, untuk selanjutnya diajukan kepada Presiden Soekarno.
Pendapat lain mengatakan bahwa pemrakarsa Tugu Pahlawan adalah Presiden Soekarno, dan mendapat perhatian khusus dari Doel Arnowo. Rancangan gambar monumen dibuat oleh Ir. R. Soeratmoko, yang telah mengalahkan beberapa arsitek lain dalam sayembara pemilihan arsitek untuk membangun monumen ini.
Peletakan batu pertama monumen ini dilakukan oleh Presiden RI Ir. Soekarno didampingi Walikota Surabaya Doel Arnowo pada 10 November 1951. Pada awal pekerjaan, pembangunan Tugu Pahlawan ditangani Balai Kota Surabaya, kemudian dilanjutkan oleh Indonesian Engineering Corporation, yang diteruskan oleh Pemborong Saroja. Lama pembangunan monumen adalah 10 bulan, dan pada tanggal 10 November 1952 Ir. Soekarno didampingi Walikota Surabaya R. Moestadjab Soemowidigo meresmikan monumen Tugu Pahlawan.
Lokasi tempat berdirinya Tugu Pahlawan dulunya merupakan Gedung Raad van Justitie (Gedung Pengadilan Tinggi) di masa penjajahan Belanda, sebelum dijadikan markas Kempetai (Polisi Militer Jepang) di zaman penjajahan Jepang. Bekas reruntuhan gedung ini pernah membawa penderitaan yang tidak mudah dilupakan bagi rakyat Surabaya. Banyak para pejuang bangsa yang dianggap melawan pemerintahan Jepang dibawa ke gedung ini untuk ditawan dan disiksa, seperti Cak Durasim, tokoh seniman ludruk dan pejuang Surabaya yang terkenal akan parikannya yang bersifat perlawanan kepada penjajah Jepang.
Tugu Pahlawan dibangun pada lahan seluas 2,5 hektar. Rancangan tugu ini berbentuk lingga atau paku terbalik dengan tinggi 41,15 meter (45 yard), diameter bawah 3,1 meter, dan diameter atas 1,3 meter. Bentuk ini konon melambangkan cita-cita arek-arek Suroboyo untuk merdeka begitu tinggi.
Tanggal pertempuran bersejarah 10 November 1945 dicerminkan dalam tugu ini, yaitu 10 lengkungan (Canalures) pada badan tugu mewakili tanggal 10, 11 ruas di atasnya mewakili bulan November, serta tinggi tugu 45 yard mewakili tahun 1945. Di bagian puncak tugu terdapat lampu berwarna merah dan penangkal petir. Bagian bawah tugu dihiasi ukiran yang indah bergambar trisula, cakra, stambha, dan padma, membuat tugu ini terlihat artistik.
Tugu Pahlawan terletak persis di depan Kantor Gubernur Jawa Timur, dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektar, yang dulunya adalah Kantor Raad Van Justititie atau Gedung Pengadilan Tinggi pada masa penjajahan Belanda.
Tujuan pembangunan Tugu Pahlawan adalah tak lain untuk mengenang sejarah perjuangan Arek-arek Suroboyo sekaligus seluruh masayarakat Indonesia yang ikut serta dalam mempertahankan kemerdekaan dalam momen bersejarah 10 Nopember 1945 di Surabaya.
Pendiri Tugu Pahlawan
Dalam Wikipedia bahasa Indonesia disebutkan Ada dua pendapat mengenai siapa yang menjadi pemrakarsa, sekaligus arsitek monumen Tugu Pahlawan Surabaya. Menurut Gatot Barnowo, monumen ini diprakarsai oleh Doel Arnowo, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Daerah Kota Besar Surabaya. Kemudian ia meminta Ir. Tan untuk merancang gambar monumen yang dimaksud, untuk selanjutnya diajukan kepada Presiden Soekarno.
Sedangkan menurut Ir. Soendjasmono, pemrakarsa monumen ini adalah Ir. Soekarno sendiri. Ide ini mendapat perhatian khusus dari Walikota Surabaya, Doel Arnowo. Untuk perencanaan dan gambarnya diserahkan kepada Ir. R. Soeratmoko, yang telah mengalahkan beberapa arsitektur lainnya dalam sayembara untuk pemilihan arsitek untuk membangun monumen ini.
Pada awalnya pekerjaan pembangunan Monumen Tugu Pahlawan ditangani Balai Kota Surabaya sendiri. Kemudian dilanjutkan oleh Indonesian Engineering Corporation, yang kemudian diteruskan oleh Pemborong Saroja. Monumen yang dibangun selama sepuluh bulan ini, diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 10 November 1952.
Perjalanan menuju ke monumen ini tidaklah sulit, karena berada tepat di tengah kota Surabaya. Pada saat pertama kali masuk ke kawasan monumen bersejarah ini, Anda akan disambut dengan gerbang Candi Bentar dan juga sinyal tiga operator yang tersedia penuh yang siap untuk Anda gunakan, yang di antara lain Indosat, IM3 dan Axis. Sinyal ini tersedia penuh hingga sekitaran lapangan yang biasa digunakan untuk kegiatan upacara. Hingga masuk ke jalan utama Museum, kedua operator Indosat dan Axis masih menunjukkan kekuatan sinyalnya, sedangkan XL sudah mulai meredup satu dua bar sinyal.
Pada saat masuk ke dalam Museum, di lantai 1 Museum Monumen Tugu Pahlawan ini berisi tentang diorama Bung Tomo dan rekaman Bung Tomo pada saat mengorbankan semangat juang arek arek Suroboyo, semua operator kehilangan sinyalnya dan hanya meninggalkan pesan call emergency only. Anda hanya bisa melakukan pengecekan saldo pulsa Anda di dalam operator Anda, dan itu terkadang bisa dilaksanakan.
Beralih ke lantai dua yang tersimpan Diorama Statis I, II Koleksi Senjata, Koleksi Bung Tomo, Radio Bung Tomo, dan Lukisan, sinyal dari ketiga operator ini kembali menemukan sinyalnya. Sinyal ketiga operator ini kembali penuh di lantar ke 2 museum ini dan Anda kembali bisa melakukan panggilan dan mengirim pesan seperti biasanya.
Sesudahnya dari museum, Anda akan menemukan jalan keluar dari museum dan monumen ini dan Anda akan kembali disambut oleh ketiga sinyal dari ketiga operator tersebut dengan aktivitas penuh. Selebihnya di sekitar monumen, Anda tidak akan kembali sinyal dari ponsel Anda hingga Anda keluar di wilayah monumen Tugu Pahlawan Surabaya.
0 komentar:
Posting Komentar