Berkunjung ke Istana Kuning Pangkalan Bun
Semua kejadian yang terdapat di muka bumi adalah tanda-tanda kebesaran Illahi!”
Jika Anda berkunjung ke Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat-Kalimantan Tengah, sempatkanlah untuk singgah sebentar di Istana Kuning! Istana kebanggaan masyarakat Kotawaringin Barat yang juga merupakan icon kota Pangkalan Bun. Dari luar bangunannya memang tidak terlihat seperti istana. Hanya tampak rumah panggung kayu biasa bergaya Melayu yang sangat kental. Namun siapa sangka kalau istana tersebut menyimpan beberapa keunikan yang akan saya bahas pada postingan saya kali ini. Sebelumnya saya sudah beberapa kali masuk ke dalam istana bersama murid-murid saya pada kegiatan study tour yang diselenggarakan oleh sekolah kami, SDN Bangun Jaya, setiap tahun. Untuk dapat masuk ke dalam istana kita harus memperoleh izin terlebih dahulu dari juru kunci istana yang sangat memahami seluk-beluk kronologi sejarah Kesultanan Kutaringin (Kotawaringin). Jika tidak, kita hanya dapat menikmati kemegahan istana dari sisi luarnya saja. Adapun akses masuk pintu istana menghadap ke arah barat dan selatan. Sebelum saya menceritakan mengenai keunikan Istana Kuning, terlebih dahulu saya akan memaparkan sedikit latar belakang sejarah berdirinya Kerajaan Kutaringin. Ingat, bila sejarah tidak pernah ada maka tidak akan pernah ada masa depan!
Istana Kuning tampak depan, gerbang barat.
Halaman Istana Kuning
Gazebo tempat para raja bersantai menikmati senja terbenam
Istana dari gerbang selatan
Senja dilihat dari gazebo halaman istana (posisi istana di atas bukit)
Gong naga
Sejarah berdirinya Kesultanan Kutaringin
Menelusuri sejarah berdirinya Kesultanan Kutaringin, tidak bisa terlepas dari sejarah Kerajaan Banjar (Kalimantan Selatan). Karena hubungan antara Kerajaan Banjar sangatlah erat mengingat di antara para penguasanya memang bersaudara. Namun dalam hal kedudukan hampir semua raja dari Kerajaan Kutaringin tetap menggunakan gelar ‘pangeran’ ketika berhubungan dengan raja dari Kerajaan Banjar. Mereka hanya menggunakan gelar ‘sultan’ untuk urusan internal birokrasi di Kerajaan Kutaringin atau ketika melakukan hubungan dengan kerajaan lain selain Kerajaan Banjar. Hal ini merupakan simbol bahwa raja-raja dari Kerajaan Kutaringin menempatkan dirinya sebagai raja muda dan menganggap raja-raja di Kerajaan Banjar sebagai saudara tua.
Pangeran Samudra bergelar “Sultan Suriansyah” sebagai raja pertama Kerajaan Banjar dengan pusat pemerintahan di Bandarmasih (Banjarmasin) digantikan putranya Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah sebagai raja ke-2. Sultan Rahmatullah digantikan putranya Sultan Hidayatullah I bin Sultan Rahmatullah sebagai raja ke-3. Trah keturunan Sultan Hidayatullah I menjadi Datu Taliwang dan sultan-sultan Sumbawa. Eits, Datu Taliwang? Namanya kok mirip dengan ‘ayam taliwang’ makanan khas Nusa Tenggara Barat yang terkenal lezat itu ya? Hmm, jadi lapar… :D
Sultan Musta’inubillah bin Sultan Hidayatullah I menjadi Raja Banjar ke-4 dengan memindahkan pusat pemerintahan ke Martapura. Keturunan Sultan Musta’inubillah menjadi raja-raja di Banjarmasin dan Kutaringin. Berangkat dari sinilah Kesultanan Kutaringin bermula. Raja pertama kesultanan ini adalah Pangeran Adipati Antakusuma (1679-1696). Beliau mendirikan kerajaannya di wilayah Kuta Beringin pada tahun 1679 yang sekarang menjadi Kotawaringin Lama. Namun pada masa kepemimpinan Pangeran Ratu Muhammad Imanuddin (1805-1841) raja ke-9 Kesultanan Kutaringin, ibukota pemerintahan dipindahkan ke Pongkalan Bu’un (Pangkalan Bun). Di kota inilah akhirnya didirikan Istana Kuning sebagai keraton kesultanan yang baru. Nama resminya adalah Istana Indrasari Keraton Lawang Kuning Bukit Indra Kencana. Konon istana ini sempat mengalami kebakaran dan direkonstruksi seperti aslinya. Nah, pembaca pasti penasaran kan keunikan apa saja yang terdapat di area istana ini? Simak ya…
Pohon keramat
Mungkin ini janggal! Bagaimana mungkin sebatang pohon kelapa sawit dapat hidup selama puluhan tahun lamanya dalam keadaan terbelit oleh akar pohon beringin. Dan hingga kini kedua pohon tersebut hidup berdampingan di halaman istana selayaknya pasangan yang penuh kemesraan. Subhanallah! Itulah tanda-tanda kekuasaan Allah swt agar kita senantiasa hidup rukun dan damai seperti kedua tanaman ini.
Tiang Sangga Buana
Bukan tiang sembarang tiang. Tiang ini dipancangkan sejak Istana Indrasari Keraton Lawang Kuning Bukit Indra Kencana didirikan di Pangkalan Bun tepat pada tanggal 9 Jumadil Awal 1806 Masehi. Tiang setinggi sepuluh meter ini terbuat dari kayu ulin asli. Kayu ulin terkenal dengan sebutan kayu besi. Kayu ini awet ratusan lamanya. Bila terkena air kayu ini tidak akan pernah lapuk, justru sebaliknya ia malah semakin kuat laksana besi. Sayangnya tanaman kayu jenis ini sudah sangat langka keberadaannya di Pulau Kalimantan. Oleh karena itu tanaman ulin dilindungi oleh undang-undang pemerintah. Meskipun Istana Kuning sempat mengalami kebakaran namun tiang ini masih berdiri kokoh hingga sekarang.
Benda-benda pusaka peninggalan kerajaan
Kereta kencana
Keris pusaka kerajaan
Tombak dan trisula
Piring dan peralatan makan keluarga kerajaan
Pakaian kebesaran raja dan ratu
Menilik jauh ke dalam istana, di sana terdapat dua bangsal luas nan lapang berisi sejumlah peninggalan-peninggalan para raja seperti kereta kencana, senjata tradisional, bendera pusaka kerajaan, pakaian kebesaran para raja dan ratu, piring dan peralatan makan, guci-guci keramat hadiah dari para pelancong China yang kebetulan singgah di Pangkalan Bun pada masa pemerintahan kolonial Belanda, alat musik tradisional dan masih banyak barang lainnya yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Semua benda pusaka tersebut masih terjaga dengan rapi di dalam istana dan dirawat dengan baik. Melihat isi istana bagaikan sedang mengunjungi sebuah museum peninggalan kerajaan tua.
Kembaran Lukisan Monalisa
Lukisan Pangeran Penghulu yang dijuluki Si Pahit Lidah
Di antara semua benda pusaka yang terdapat di dalam istana, lukisan para raja Kesultanan Kutaringin-lah yang menarik perhatian saya. Terutama lukisan Pangeran Panembahan Anum. Beliau memimpin Kerajaan Kutaringin pada tahun 1711-1731. Yang membuat lukisan ini menarik adalah ternyata lukisan ini merupakan ‘saudara kembar’ lukisan Monalisa karya Leonardo Da Vinci yang terkenal itu. Mata Pangeran Panembahan Anum dalam lukisan berhasil membuat tubuh saya merinding dan memandang takjub. Bagaimana tidak, ke manapun saya melangkah di dalam istana bola mata dalam lukisan tersebut seakan-akan sedang mengawasi saya. Kedua bola mata dalam lukisan itu seakan turut mengikuti langkah kaki saya. Saya bergerak ke kanan mereka melirik ke kanan, saya bergerak ke kiri mereka ikut melirik ke kiri. Bahkan saya jongkok di depan lukisan itu pun, kedua matanya turut menukik ke bawah melihat pantat saya. Heran deh, hadeuh… hadeuh… apa tidak juling ya itu mata? Saking penasarannya saya terus mengusik lukisan tersebut dengan cara berjalan bolak-balik di depan lukisan itu. Hasilnya jantung saya mau copot dibuatnya. Seolah terdapat penunggunya di dalam lukisan itu. Konon semasa hidupnya, Pangeran Panembahan memang dikaruniai penglihatan yang sangat tajam. Beliau dapat melihat kejadian-kejadian yang tidak dapat dilihat oleh manusia biasa pada umumnya. Berdasarkan penuturan juru kunci yang memandu saya dan murid-murid saat melakukan study tour di dalam istana, hampir semua raja Kutaringin memiliki kelebihan yang luar biasa dahsyatnya. Sebagai contoh Pangeran Penghulu raja Kutaringin ke-6 yang memimpin pada 1770-1778 memiliki julukan ‘Si Pahit Lidah’ karena setiap perkataannya sering menjadi nyata. Sayangnya beliau terpaksa mengorbankan dirinya sendiri karena takut semakin banyak jatuh korban akibat sumpah yang sering diucapkannya.
Pasak bekas kebakaran
Pasak tiang istana terdahulu menjadi benda yang sangat keramat. Setelah peristiwa kebakaran yang menimpa istana kuning, pasak tersebut tidak dicabut begitu saja dari tempatnya semula. Ternyata pasak tersebut telah merekat dengan tanah dan menyatu dengan bumi. Alhasil pasak tersebut dibiarkan begitu saja di bawah panggung istana yang direkonstruksi. Masyarakat Pangkalan Bun meyakini kalau di dalam pasak tersebut terdapat penunggunya, dan sering menjadi tamba bagi orang yang sakit.
Ruang meditasi para raja
Ruangan ini adalah ruangan sempit di lantai atas istana. Tangga untuk naiknya pun hanya setapak. Sebenarnya tempat ini merupakan tempat terlarang untuk dikunjungi dari bagian dalam istana. Dahulu ruangan ini merupakan tempat khusus para raja menunaikan shalat, beritikaf, dan bermeditasi. Bila kita ingin melihat ruangan ini, kita tidak diperkenankan membawa kamera untuk mengabadikannya. Konon gambar yang dihasilkan oleh kamera bisa menghilang secara ghaib. Sebelum kita menaiki tangga hendaklah membaca basmallah terlebih dahulu diiringi surat Al-Ikhlas sebanyak tiga kali. Kabarnya bila kita berdoa di ruangan ini, apapun yang menjadi hajat kita akan dikabulkan oleh Allah swt. Beruntung murid-murid saya berdoa meminta supaya mereka diluluskan dalam Ujian Nasional. Hasilnya mereka 100% lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Sedangkan saya berdoa meminta jodoh, kok belum dikabulkan juga ya? Whoa… hikz T_T
Mungkin itulah sebagian cerita saya mengenai Istana Kuning Pangkalan Bun. Semoga apa yang saya ceritakan ini dapat bermanfaat bagi Anda semua yang membacanya. Amin. Terima kasih atas kunjungannya ya… Sampai jumpa di tulisan saya berikutnya. Salam…
Foto-foto dulu sebelum pulang…
0 komentar:
Posting Komentar