Catatan Sejarah Kalimantan Selatan
Pada abad ke 14 muncul Kerajaan Negara Daha yang memiliki unsur-unsur Kebudayaan Jawa akibat pendangkalan sungai di wilayah Negara Dipa. Sebuah serangan dari Jawa menghancurkan Kerajaan Dipa ini. Untuk menyelamatkan, dinasti baru pimpinan Maharaja Sari Kaburangan segera naik tahta dan memindahkan pusat pemerintahan ke arah hilir, yaitu ke arah laut di Muhara Rampiau. Negara Dipa terhindar dari kehancuran total, bahkan dapat menata diri menjadi besar dengan nama Negara Daha dengan raja sebagai pemimpin utama. Negara Daha pada akhirnya mengalami kemunduran dengan munculnya perebutan kekuasaan yang berlangsung sejak Pangeran Samudra mengangkat senjata dari arah muara, selain juga mendirikan rumah bagi para patih yang berada di muara tersebut.
Pemimpin utama para patih bernama MASIH. Sementara tempat tinggal para MASIH dinamakan BANDARMASIH. Raden Samudra mendirikan istana di tepi sungai Kuwin untuk para patih MASIH tersebut. Kota ini kelak dinamakan BANJARMASIN, yaitu yang berasal dari kata BANDARMASIH.
Kerajaan Banjarmasin berkembang menjadi kerajaan maritim utama sampai akhir abad 18. Sejarah berubah ketika Belanda menghancurkan keraton Banjar tahun 1612 oleh para raja Banjarmasin saat itu panembahan Marhum, pusat kerajaan dipindah ke Kayu Tangi, yang sekarang dikenal dengan kota Martapura.
Awal abad 19, Inggris mulai melirik Kalimantan setelah mengusir Belanda tahun 1809. Dua tahun kemudian menempatkan residen untuk Banjarmasin yaitu Alexander Hare. Namun kekuasaanya tidak lama, karena Belanda kembali.
Babak baru sejarah Kalimantan Selatan dimulai dengan bangkitnya rakyat melawan Belanda. Pangeran Antasari tampil sebagai pemimpin rakyat yang gagah berani. Ia wafat pada 11 Oktober 1862, kemudian anak cucunya membentuk PEGUSTIAN sebagai lanjutan Kerajaan Banjarmasin, yang akhirnya dihapuskan tentara Belanda Melayu Marsose, sedangkan Sultan Muhammad Seman yang menjadi pemimpinnya gugur dalam pertempuran. Sejak itu Kalimantan Selatan dikuasai sepenuhnya oleh Belanda.
Daerah ini dibagi menjadi sejumlah afdeling, yaitu Banjarmasin, Amuntai dan Martapura. Selanjutnya berdasarkan pembagian organik dari Indisch Staatsblad tahun 1913, Kalimantan Selatan dibagi menjadi dua afdeling, yaitu Banjarmasin dan Hulu Sungai. Tahun 1938 juga dibentuk Gouverment Borneo dengan ibukota Banjarmasin dan Gubernur Pertama dr. Haga.
Setelah Indonesia merdeka, Kalimantan dijadikan propinsi tersendiri dengan Gubernur Ir. Pangeran Muhammad Noor. Sejarah pemerintahan di Kalimanatn Selatan juga diwarnai dengan terbentuknya organisasi Angkatan Laut Republik Indonesia ( ALRI ) Divisi IV di Mojokerto, Jawa Timur yang mempersatukan kekuatan dan pejuang asal Kalimantan yang berada di Jawa.
Dengan ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati menyebabkan Kalimantan terpisah dari Republik Indonesia. Dalam keadaan ini pemimpin ALRI IV mengambil langkah untuk kedaulatan Kalimantan sebagai bagian wilayah Indonesia, melalui suatu proklamasi yang ditandatangani oleh Gubernur ALRI Hasan Basry di Kandangan 17 Mei 1949 yang isinya menyatakan bahwa rakyat Indonesia di Kalimantan Selatan memaklumkan berdirinya pemerintahan Gubernur tentara ALRI yang melingkupi seluruh wilayah Kalimantan Selatan. Wilayah itu dinyatakan sebagai bagian dari wilayah RI sesuai Proklamasi kemerdekaaan 17 agustus 1945. Upaya yang dilakukan dianggap sebagai upaya tandingan atas dibentuknya Dewan Banjar oleh Belanda.
Menyusul kembalinya Indonesia ke bentuk negara kesatuan kehidupan pemerintahan di daerah juga mengalamai penataaan. Di wilayah Kalimantan, penataan antara lain berupa pemecahan daerah Kalimantan menjadi 3 propinsi masing-masing Kalimantan Barat, Timur dan Selatan yang dituangkan dalam UU No.25 Tahun 1956.
Berdasarkan UU No.21 Tahun 1957, sebagian besar daerah sebelah barat dan utara wilayah Kalimantan Selatan dijadikan Propinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan UU No.27 Tahun 1959 memisahkan bagian utara dari daerah Kabupaten Kotabaru dan memasukkan wilayah itu ke dalam kekuasaan Propinsi Kalimantan Timur. Sejak saat itu Propinsi Kalimantan Selatan tidak lagi mengalami perubahan wilayah, dan tetap seperti adanya. Adapun UU No.25 Tahun 1956 yang merupakan dasar pembentukan Propinsi Kalimantan Selatan kemudian diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 1957 dan UU No.27 Tahun 1959.
dibawah ini bebrapa catatan sejarah banjarmasin
* 2500 SM : Migrasi II yaitu bangsa Melayu Proto dari pulau Formosa (Taiwan) ke pulau Borneo dengan membawa adat ngayau yang menjadi nenek moyang suku Dayak (rumpun Ot Danum).
* 1500 SM : Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Borneo.
* 400 : Migrasi orang India (Tamil) menyebarkan agama Hindu ke Kalimantan, bersamaan dengan migrasi orang Sumatera yang membawa bahasa Melayu dan mulai tumbuhnya Bahasa Banjar archais.
* 242 – 1362 : Berdirinya Kerajaan Tanjungpuri di Tanjung, Tabalong yang didirikan suku Melayu.
* 600 : Suku Dayak Maanyan melakukan migrasi ke pulau Bangka selanjutnya ke Madagaskar.
* 1025 : migrasi suku Melayu dari Kerajaan Sriwijaya akibat serangan tentara Cola Mandala (India).
* 1355 : Ampu Jatmika mendirikan pemukiman dan Candi Laras dengan pondasi tiang pancang ulin yang disebut kalang-sunduk di wilayah rawa daerah aliran sungai Amas dan menobatkan dirinya sebagai raja Kerajaan Negara Dipa.
* 1355 : Ampu Jatmika menaklukan penduduk asli wilayah Banua Lima yaitu lima daerah aliran sungai (DAS) yaitu Batang Alai, Tabalong, Balangan, Pitap, dan Amandit serta daerah perbukitan (Bukit), selanjutnya mendirikan Candi Agung di Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara.
* 1360 : Lambung Mangkurat, Patih Kerajaan Negara Dipa berangkat ke Majapahit untuk melamar Raden Putra, sebagai calon suami Putri Junjung Buih.
* 1362 : Wilayah Barito, Tabalong dan Sawuku menjadi daerah taklukan Kerajaan Majapahit. Hancurnya Kerajaan Nan Sarunai, kerajaan Suku Dayak Maanyan karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari Majapahit berhasil menjadi raja Negara Dipa.
* 1362 – 1448 : berdirinya Kerajaan Negara Dipa dibawah Maharaja Suryanata.
* 1385 – 1421 : masa pemerintahan Pangeran Surya Gangga Wangsa
* 1421 – 1436 : masa pemerintah Raden Carang Lalean
* 1436 – 1448 : masa pemerintahan Putri Kalungsu
* 1448- 1526 : Masa Kerajaan Negara Daha, Raden Sekar Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburungan menjadi Raja pertama.
* 1448 : Bandar Muara Bahan ditetapkan sebagai Bandar kerajaan menggantikan Bandar Muhara Rampiau, ditunjuk Patih Arya Taranggana putera Aria Magatsari memimpin di bandar itu.
* 1448 – 1486 : masa pemerintahan Raden Sekar Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburangan
* 1486 – 1515 : masa pemerintahan Raden Paksa dengan gelar Maharaja Sukarama
* 1511 : migrasi suku melayu akibat runtuhnya Kerajaan Malaka diserang Portugis, migrant ini mendiami sepanjang sungai Kuin.
* 1515 : Maharaja Sukarama wafat, diwasiatkan yang menjadi raja adalah Pangeran Samudra.
* 1515 – 1519 : masa pemerintahan Arya Mangkubumi, arya Mangkubumi dibunuh Sa’ban atas suruhan Pangeran Tumanggung; Pangeran Samudra melarikan diri ke hilir Barito.
* 1518-1521 : Pati Unus, Sultan Demak menaklukan kerajaan-kerajaan Kalimantan seperti Tanjungpura/Sukadana, Lawai, Sambas sebelum menyerang Portugis di Malaka pada 1521.
* 1519 – 1526 : masa pemerintahan Pangeran Tumanggung (Raden Panjang).
* 1520 : penobatan Raden Samudera oleh Patih Masih sebagai raja di Muara Kuin dengan gelar Pangeran Samudera.
* 6 September 1526 : pertempuran antara Kerajaan Banjar dipimpin Pangeran Samudra dengan Kerajaan Negara Daha dipimpin Pangeran Tumenggung di Jingah Besar, Pangeran Samudra dibantu Kesultanan Demak.
* 24 September 1526 : kemenangan Pangeran Samudra dan pembentukan Kesultanan Banjar, dengan memasukkan Kerajaan Nagara Daha.
* 1526-1545 : Masa pemerintahan Pangeran Samudera.
* 24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H : Pangeran Samudera memeluk Islam dengan gelar di dalam khutbah Sultan Suryanullah/Sultan Suriansyah.
* 1550-1570 : Masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin
* 1570-1620 : Masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin
* 1520-1620 : Masa pemerintahan Marhum Panembahan dengan gelar Sultan Musta’inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612.
* 1596 : Belanda merampas 2 perahu lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
* 14 Februari 1606 : Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, karena perangainya yang buruk Michaelszoon tewas terbunuh.
* 1612 : Belanda membakar Istana Raja Banjar Lama (kampung Keraton) di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke Martapura.
* 1620 – 1637 : masa pemerintahan Ratu Agung dengan gelar Sultan Inayatullah (Raja V).
* 1634 : VOC-Belnda menirim 6 kapal dibawah pimpinan Gijsbert van Londensteijn kemudian ditambah beberapa kapal di bawah pimpinan Antonie Scop dan Steven Batrentz.
* 1635 : VOC-Belanda mendirikan kantor dagang di Banjarmasin di bawah pimpinan Wollebrandt Gelenysen de Jonge sejak 29 November 1635.
* 1637 – 1642 : masa pemerintahan Ratu Anom dengan gelar Sultan Saidulllah (Raja VI).
* 1638 : seorang Asisten Belanda terbunuh di Benua Anyar, pertempuran juga menewakan 64 orang bangsa Belanda, selanjutnya 27 orang Martapura terbunuh, dibalas 40 orang Belanda tewas.
* 1642 – 1660 : masa pemerintahan Pangeran Ratu dengan gelar Sultan Rakyat Allah (Raja VII).
* 1660 – 1663 : masa pemerintahan Raden Bagus dengan gelar Sultan Amrullah Bagus Kasuma (Raja VIII).
* 1660 : Diadakan perjanjian perdamaian antara Belanda dan Banjar; Pangeran Dipati Tuha (anak Sultan Saidullah) mengamankan wilayah Tanah Bumbu dari pendatang. [2]
* 1663 – 1679 : masa pemerintahan Pangeran Suryanata II degan gelar Sultan Agung.
* 1664 : perubahan nama Banjarmasih menjadi Banjarmassingh (dialek Belanda).
* 1668 : Portugis mendatangkan pendeta Katolik bernama Jentigmilia ke wilayah Kesultanan Banjarmasin.[3]
* 1680 – 1700 : masa pemerintahan Sultan Tahlilullah/Amrulllah Bagus Kusuma kembali.
* 1700 – 1734 : masa pemerintahan Sultan Hamidullah/Ilhamidullah/Tahmidullah I.
* 1734-1759 : Masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di Martapura.
* 1734 : Puana Dekke miminjam tanah di wilayah Tanah Kusan kepada Sultan Tamjidullah I yang dinamakan kampung Pagatan, kelak menjadi Kerajaan Pagatan pada masa Sultan Sulaiman.
* 1759 – 1761 : masa pemerintahan Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah.
* 1761 – 1801 : masa pemerintahan Sultan Tahmidullah II/Sunan Sulaiman Saidullah
* 1780 : Pangeran Mangku (Gusti Ali) bin Pangeran Prabu menjadi raja Sampanahan.[2]Kota Banjarmasin di bawah otoritas Pangeran Dapa, putera tertua Sultan Banjar[4]
* 14 Mei 1787 : Pangeran Amir (kakek Antasari) menyerang Martapura dengan tentara Bugis, namun ditangkap Belanda, selanjutnya diasingkan ke Srilangka.
* 1801 – 1825 : masa pemerintahan Sultan Sulaiman Saidullah.
* 1815 – 1816 : Inggris menguasai Maluka, Liang Anggang, Kurau dan Pulau Lamai (kelak dinamakan Distrik Maluka, dibawah Alexander Here yang menjadi Resident-commissioner sejak 1812.[5]
* 1825 – 1857 : masa pemerintahan Sultan Adam al-Watsiqu billah.
* 1835: Zending dari Jerman mulai bekerja di selatan Kalimantan.[6]
* 15 Muharam 1251 H/1825 : Undang Undang Sultan Adam (UUSA 1825).
* 1852 : pengangkatan Pangeran Tamjidillah II sebagai Sultan Muda, merangkap Mangkubumi yang sudah dijabatnya sebelumnya menggantikan Ratu Anom Mangku Bumi Kencana.
* 30 April 1856 : Belanda menerima konsesi tambang batu bara yang ditandatangani Sultan Adam.
* 9 Oktober 1856 : Pengangkatan Pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi, sedangkan Sultan Muda tetap Pangeran Tamjidillah II.
* 1 November 1857 : Sultan Adam wafat.
* 3 November 1857 – 25 Juni 1859 : Masa pemerintahan Sultan Tamjidillah II, yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar.
* 3 November 1857 : pertemuan rencana perang melawan Belanda di Martapura, antara Pangeran Hidayatullah, Pangeran Prabu Anom dan Nyai Ratu Kamala Sari (permaisuri Sultan Adam).
* 23 Februari 1858 : Pangeran Prabu Anom (anak Sultan Adam) dibuang ke Bandung.
* September 1858 : Tumenggung Jalil tidak mau lagi membayar pajak kepada Belanda.
* 2 Februari 1859 : kedatangan bantuan tentara Belanda dengan Kapal Arjuna, namun 3 hari kemudian dipulangkan lagi ke Batavia.
* Februari 1859 : Ratu Kemala Sari dan anak-anaknya menyerahkan kerajaan dengan Pangeran Hidayatullah.
* 28 April 1859 : Pecahnya Perang Banjar, Pasukan Antasari dengan 300 prajurit menyerang tambang batubara milik Belanda di Pengaron, Serangan di Marabahan, Serangan di Gunung Jabuk, Serangan di Tabanio, dipimpin Demang Lehman, H. Buyasin dan Kyai Langlang, Serangan di Pulau Petak, Pulau Telo, dan disepanjang Sungai Barito, dipimpin Tumenggung Surapati dan Pambakal Sulil, Sweeping di Banua Lima, dipimpin Tumenggung Jalil, Pambakal Gafur, Duwahap, Dulahat, dan Penghulu Abdul Gani, dan Serangan terhadap Kapal Cipanas di Martapura
* 29 April 1859, tambang batu bara Oranye Nassau diserbu.
* 1 Mei 1859, pasukan Antasari menyerang tambang batu baru Juliana Hermina, serangan di Kalangan, Banyu Irang, dan Bangkal dipimpin Pangeran Arya Ardi Kesuma.
* Juni 1859 : pertempuran di Sungai Besarah dipimpin Pambakal Sulil
* 8 Juni 1859 : Belanda mengumumkan keadaan darurat perang.
* 12 Juni 1859 : bantuan tentara Belanda datang dengan Kapal Arjuna, Celebes, Montrado, Bone, dan van Os.
* 14 Juni 1859 : pertemuan Pangeran Hidayat dengan Andressen, namun buntu.
* 15 juni 1859 : Sweeping oleh Belanda di Martapura.
* 17 Juni 1859 : pertempuran di Sungai Raya.
* 25 Juni 1859 : Sultan Tamjidillah II dimakhzulkan oleh Belanda, terjadi pertempuran di Cempaka.
* 30 Juni 1859 : serangan ke Martapura dipimpin Demang Lehman, 10 pejuang gugur.
Juli 1859 : tenggelamnya Kapal Cipanas di Pulau Kanamit.
* 16 Juli 1859 : Sultan Tamjidillah II dan Pangeran Adipati Panoto Negoro Adiprojo di buang ke Jawa.
* Agustus 1859 : serangan ke Banjarmasin dipimpin Kyai Mangun Karsa, pertempuran di benteng Tabanio, dipimpin Demang Lehman dan H. Buyasin.
* September 1859 : pertemuan Pangeran Hidayat dengan panglima-panglima, Pangeran Hidayat dinobatkan menjadi Raja.
* 27 September 1859 : pertempuran di Gunung Lawak, dipimpin Demang Lehman, Aminullah, Antaludin, dan Ali Akbar.
* 28 September 1859 : bantuan tentara Belanda dari Surabaya.
* 13 November 1859 : Verspyck mengeluarkan ultimatum agar Pangeran Hidayatullah menyerah dalam 20 hari.
* 14 November 1859 : gugurnya Pambakal Sulil di Sungai Basarah.
* 23 Desember 1859 : pertempuran di Kuala Kapuas oleh suku Dayak.
* 26 Desember 1859 : tenggelamnya Kapal Onrust oleh Tumenggung Surapati di Lontontour.
* Desember 1859, Tumenggung Antaluddin bersama dengan Demang Lehman, Pangeran Aminullah, Kusin dan Ali Akbar, mempertahankan Benteng Munggu Tayur.
* 2 Januari 1860 : serangan terhadap Kapal van Os di Pulau Petak
* 9 Februari 1860 : serangan terhadap Kapal Suriname di Lontontour, kapal sampai rusak; pertempuran Masjid Amuntai.
* 22 Februari 1860 : serangan terhadap Kapal Montrado di Lontontour
* 31 Maret 1860 : penyerbuan Benteng Amawang dipimpin Demang Lehman.
* 18 Maret 1860 : pertempuran di Pamangkih, Walangku, Kasarangan, Pantai Hambawang, Barabai, dan Aluan.
* 15 Mei 1860 : pertempuran di Tanjung, dipimpin Tumenggung Jalil.
* 11 Juni 1860 : Kesultanan Banjar dihapuskan secara sepihak oleh Belanda, dengan proklamasi yang ditandatangani Residen Surakarta FN.Nieuwenhuijzen yang merangkap Komisaris Pemerintah Belanda untuk Daerah Afdeeling Kalimantan Selatan-Timur.
* 9 Agustus 1860 : serangan terhadap Benteng Kelua, dipimpin Pangeran Antasari.
* 17 Agustus 1860 : Pangeran Antasari mendirikan Benteng Tabalong.
* 27 Agustus 1860 : serangan di Martapura dipimpin Pangeran Muda.
* September 1860 : pertempuran di Rumpanang dan Tambarangan, dipimpin Singa Jaya.
* 3 September 1860 : Pertempuran Benteng Madang pertama, dipimpin Demang Lehman dan Tumenggung Antaludin.
* 4 September 1860 : pertempuran Benteng Madang kedua
* 13 September 1860 : pertempuran Benteng Madang ketiga
* 15 September 1860 : pertempuran di Sungai Malang, Amuntai, dipimpin H. Abdullah.
* 18 September 1860 : pertempuran Benteng Madang Keempat
* 22 September 1860 : pertempuran Benteng Madang kelima.
* 13 Oktober 1860 : pertempuran Benteng Batu Mandi, dipimpin Tumenggung Jalil.
* 17 Oktober 1860 : pertempuran di Jati, dipimpin Kyai Jayapati.
* 25 Oktober 1860 : pertempuran di Bulanin, dipimpin Demang Lehman.
* 27 Oktober 1860 : pertempuran di Jati lagi, dipimpin Kyai Jayapati dan Demang Jaya Negara Seman.
* November 1860 : pertempuran di masjid Jati, dipimpin Tumenggung Diparaksa.
* 1 November 1860 : Belanda mendinamit bangkai Kapal Onrust di Lontontour.
* 24 Februari 1861 : pertempuran di Amalang dan Maleno, dipimpin Demang Lehman dan Guna Wijaya.
* 3 Maret 1861 : pertempuran di Rantau, dipimpin Jaya Warna.
* 19 Maret 1861 : pertempuran di Karang Intan, dipimpin Tumenggung Gamar.
* 21 April 1861 : Pertempuran benteng Amawang, 2 tahun Perang Banjar, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Demang Lehman, tewasnya Von Ende.
* 23 April 1861 : serangan di Bincau.
* April 1861 : penangkapan dan hukuman mati untuk Pangeran Kasuma Ningrat (paman Pangeran Hidayat), Kyai Nakut, dan Pambakal Matamin; pertempuran di Binuang, Tumpakan Mati, Karang Jawa, Kandangan dan Nagara.
* 4 Mei 1861 : Pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan Belanda.
* 13 Mei 1861 : pertempuran di Gunung Wowong, Karau, Dayu dan Sihong.
* 16 Mei 1861 : serangan di Paringin dipimpin H. Dulgani.
* 18 Mei 1861 : pertempuran di Pagat.
* 27 Mei 1861 : pertempuran di Barabai dipimpin Gusti Wahid.
* Mei 1861 : pertempuran di Martapura, Tanah Laut, Rantau, Kandangan, Barabai, Amuntai, Paringin, Tabalong dan daerah Barito.
* 10 Juni 1861 : pertempuran di Gunung Kupang, Awang Bangkal, dan Batu Mahalon.
* 18 Juni 1861 : serangan awal di Martapura.
* 19 Juni 1861 : pertempuran di Gunung Pamaton dipimpin Pangeran Hidayatullah.
* 20 Juni 1861 : pertempuran di Kuala Tambangan dipimpin Tumenggung Gamar.
* 22 Juni 1861 : serangan di Mataraman dan Suwatu dipimpin Pambakal Mail dan Tumenggung Buko.
* 3 Juli 1861 : serangan di benteng Barabai dipimpin Raksa Yuda.
* 18, 22, 24 Juli 1861 : pertempuran di Buntok.
* Agustus 1861 : Pertempuran di Gunung Pamaton dan Gunung Halau-halau dipimpin Tumenggung Antaludin dan Kiai Cakrawati (Galuh Sarinah).
* 1 Agustus 1861 : pertempuran di benteng Limpasu, tewasnya Letnan Hoyyel.
* 10 Agustus 1861 ; pertempuran di benteng Pagger dipimpin Pangeran Singa Terbang.
* 2 September 1861 : pertempuran di benteng Batu Putih, gugurnya Pangeran Singa Anum dan Gusti Matali.
* 24 September 1861 : gugurnya Tumenggung Jalil pada pertempuran Benteng Tundakan.
* 2 Oktober 1861 : Demang Lehman masuk Martapura menemui Regent Martapura.
* 6 oktober 1861 : Demang Lehman ke Banjarmasin berunding dengan Resident Verpyck, perundingan secara empat mata, selesai perundingan rombongan kembali ke Martapura.
* 8 Oktober 1861 : pertempuran di Habang dan Kriniang dipimpin H. Badur
* 18 Oktober 1861 : pertempuran di Banua Lawas dipimpin H. Badur
* Oktober 1861 : pertempuran di Banua Lawas dan Teluk Pelaeng, gugur 18 orang.
* 6 November 1861 : pertempuran di Pelari, dipimpin Pangeran Antasari dan Tumenggung Surapati.
* 8 November 1861 : pertempuran di Gunung Tungka dipimpin Pangeran Antasari, Tumenggung Surapati dan Gusti Umar, tewasnya Kapten Van Vloten.
* 9 November 1861 : serangan di Teluk Selasih, tewasnya Regent amuntai.
* 25 Nopember 1861 : pertemuan Pangeran Hidayatullah dengan Demang Lehman, dan diputuskan Pangeran Hidayatullah menemui Ibu Ratu Siti di Martapura.
* November 1861 ; pertempuran di Gunung Marta Niti Biru dan Kria Wijaya Bepintu, dipimpin Kyai Karta Nagara.
* 5 Desember 1861 : pertempuran di Jatuh dipimpin Penghulu Muda, tewasnya Opsir Koch.
* 15 Desember 1861 : pertempuran di Banua Lawas, tewasnya Letnan Ajudan I Cateau van Rosevelt.
* 16 Desember 1861 : terbunuhnya Kontrolir Fujick di Margasari dan Letnan Croes juga tewas di Sungai Jaya, oleh Tagab Obang.
* 28 Januari 1862 : Pangeran Hidayatullah dan Ratu Siti masuk Martapura, berdiam di rumah Residen Martapura.
* 30 – 31 Januari 1862 : perundingan antara Pangeran Hidayatullah dengan Regent Letnan Kolonel Verpyck di pendopo rumah Asisten Resident, Pangeran Hidayatullah tertipu oleh janji Belanda.
* 3 Februari 1862 : Pangeran Hidayatullah menuju ke Pasayangan.
* 4 Februari 1862 : Pangeran Hidayatullah meninggalkan Pasayangan menuju Pamaton; Masjid Pasayangan berumur 140 tahun dibakar Belanda.
* 22 Februari 1862 : tertangkapnya Ratu Siti; dibawanya Pangeran Wira Kasuma ke Banjarmasin.
* 28 februari 1862 : Pangeran Hidayatullah masuk Martapura menemui Ratu Siti di pendopo Regent Martapura.
* 3 Maret 1862 : Pangeran Hidayatullah dibawa dengan Kapal Bali menuju Batavia, dikawal Kontrolir Kuin Letnan Verstege.
* 14 Maret 1862 (13 Ramadhan 1278 H) : Pangeran Antasari di dinobatkan sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, sebagai kepala pemerintahan, pemimpin agama, dan panglima tertinggi pengganti Sultan Banjar.
* 11 Oktober 1862 : wafatnya Pangeran Antasari di Tanah Kampung Bayan Begok Sampirang, Murung Raya.
* 1862 – 1905 : masa pemerintahan Sultan Muhammad Seman.
* 19 Oktober 1863 : tertangkapnya Sultan Kuning.
* 1864 : serangan Tumenggung Surapati di Muara Teweh dan Montalat
* 27 Februari 1864 : Demang Lehman dihukum gantung di lapangan Martapura, ketika tertangkap ia memegang pusaka Keris Singkir dan Tombak Kalibelah.
* 1865 : Penghulu Rasyid gugur di Kelua, Tumenggung Naro gugur di Gunung Kayu, Balangan.
* 26 Januari 1866 : H. Buyasin gugur.
* 1867 : serangan Tagap Kurdi di Amuntai.
* 1870 : serangan Panglima Wangkang di Marabahan dan Banjarmasin.
* 1875 : wafatnya Tumenggung Surapati karena sakit.
* 1883 : serangan Sultan Muhammad Seman di Tanjung, Amuntai dan Balangan.
* 1 Juli 1883 : serangan di Lampihong.
* 1885 : ditangkapnya Pangeran Perbatasari di Pahu, Kutai, kemudian ia dibuang ke Kampung Jawa Tondano, Minahasa.
* 1886 : serangan Tumenggung Gamar di Tanah Bumbu.
* 1899 : Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo
* 1899 : peristiwa Amuk Hantarukung dipimpin Bukhari
* 1904 : wafatnya Pangeran Hidayatullah di Cianjur; dibuangnya Gt. Muhammad Arsyad ke Bogor.
* 1906 : dibuangnya Ratu Zaleha ke Bogor, berkumpul suaminya (Gt. Muhammad Arsyad).
* 24 Januari 1905 : Sultan Muhammad Seman, putra Pangeran Antasari gugur melawan Belanda di benteng Baras Kuning.
* 24 Agustus 1905 : Panglima Batur ditangkap di Muara Teweh
* 1915 : Sarekat Islam mendirikan Madrasah Darussalam di Martapura.
* 1919 : Banjarmasin mendapat otonom pemerintahan menjadi Gemeente Bandjermasin.
* 1923 : National Borneo Congres ke-1
* 29-31 Maret 1924 : National Borneo Congres ke-2, dihadiri wakil-wakil Perserikatan Dayak dan Sarekat Islam lokal.
* 1927 : pemberontakan di Tabalong dipimpin Darmawi atas kerja paksa.
* 5 Maret 1930 : Keluarnya ketetapan no. 253 dan 254 tentang berdirinya cabang Muhammadiyah di Banjarmasin dan Alabio
* 1937 : kembalinya Ratu Zaleha dari pembuangan ke Martapura; pemberontakan Hariang, sehingga Kepala Distrik Kyai Masdhulhak tewas.
* 1938 – 1942 : masa Gubernur Borneo dr. A. Haga
* 1938 : Wester afdeeling van Borneo, Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo menjadi sebuah propinsi di Hindia Belanda. Gemeente Bandjermasin ditingkatkan menjadi Stads Gemeente Bandjermasin.
* 25 Desember 1941 : Jepang membom Lapangan Terbang Ulin
* 21 Januari 1942 : Jepang menembak jatuh pesawat Catalina-Belanda di sungai Barito perairan Alalak, Barito Kuala,
* 8 Februari 1942 : Jepang memasuki Muara Uya, Tabalong, Gubernur Haga mengungsi ke Kuala Kapuas menuju Puruk Cahu, Murung Raya.
* 10 Februari 1942 : Tentara Jepang memasuki Banjarmasin, sejak 6 Februari 1942 pemerintahan kota sudah vacum.
* Februari 1942 : Dengan persetujuan walikota Banjarmasin H. Mulder dibentuk Pimpinan Pemerintahan Civil (PPC) diketuai Mr. Rusbandi, sebagai pemerintahan sementara.
* 12 Februari 1942 : Tentara Jepang mengeluarkan maklumat kota Bajarmasin dan daerahnya diserahkan kepada PPC (Pimpinan Pemerintahan Civil)
* 5 Maret 1942 : A.A Hamidhan menerbitkan surat kabar Kalimantan Raya.
* 17 Maret 1942 : Gubernur A. Haga menyerah dengan Jepang di Puruk Cahu, kemudian ditahan di Benteng Tatas.
* 18 Maret 1942 : Kiai Pangeran Musa Ardi Kesuma ditunjuk Jepang sebagai Ridzie, penguasa penuh dan tertinggi pemerintah sipil meliputi wilayah Banjarmasin, Hulu Sungai dan Kapuas-Barito (Dayak Besar).
* 17 April 1945 : Rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.
* 6 Mei 1945 : Pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI (MN=Muhammad Noor)
* 18 Agustus 1945 : Pemerintahan Sukarno-Hatta menunjuk Ir. H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernurKalimantan
* 23 Agustus 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GEMIRI (Gerakan Rakyat Mempertahankan Republik Indonesia) di Kandangan, Hulu Sungai Selatan.
* Agustus 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Badan Pemberontak Rakyat Kalimantan di Kandangan, Hulu Sungai Selatan.
* 23 September 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Pasukan Berani Mati di Alabio, Hulu Sungai Utara.
* November 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Laskar Syaifullah di Haruyan, Hulu Sungai Tengah.
* 9 November 1945 : Pertempuran di Banjarmasin melawan Sekutu.
* 20 November 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Rakyat Pengajar/Pembela Indonesia Merdeka) di Amuntai, Hulu Sungai Utara.
* 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka) di Birayang, Hulu Sungai Tengah, Barisan Pelopor Pemberontakan (BPPKL) di Martapura dan Banteng Borneo di Kota Rantau, Tapin serta Laskar Hasbullah di Martapura, Pelaihari, Rantau dan Hulu Sungai.
* 30 Oktober 1945 : penyusupan Hasan Basry dan kawan-kawan dari Surabaya dengan kapal Bintang Tulen.
* 5 – 7 Desember 1945 : Pertempuran Marabahan di Barito Kuala.
* 24 September 1946 : penangkapan lasykar Saifullah oleh Belanda di Kandangan pada saat pasar malam.
* 18 November 1946 : pembentukan Batalyon TNI ALRI DIVISI IV (A) oleh Hasan Basri dengan melebur Banteng Indonesia dan organisasi kemiliteran lainnya.
* Mei 1947 : pertempuran di Hambawang Pulasan, Barabai di pimpin H. Aberanie Sulaiman, 48 serdadu Belanda tewas sedangkan 1 orang pejuang gugur yaitu Made Kawis.[7]
* 3 Juli 1948 : Belanda melantik Dewan Banjar. [8]
* 18 Juli 1948 : peristiwa pertempuran di Wawai, 16 orang pejuang gugur.
* Agustus 1948 : pertempuran di Hambawang Pulasan, dekat Barabai dipimpin Aliansyah.
* 21 Desember 1948 : Pertempuran Hawang, Hulu Sungai Tengah.
* 2 Januari 1949 : Pertempuran di Negara di Hulu Sungai Selatan (Palagan Nagara).
* 7 Januari 1949 : pembentukan Panitia Persiapan Proklamasi Kalimantan, dengan ketua H. Aberanie Sulaiman.
* 6 Februari : Pertempuran Pagatan di Tanah Bumbu.
* 14 Februari 1949 : pertempuran di Batu Tangga, Birayang, 2 orang pejuang gugur.
* 15 April 1949 : Pertempuran Batakan di Tanah Laut.
* 15 Mei 1949 : Perumusan teks proklamasi di Telaga Langsat, dipimpin H. Aberanie Sulaiman.
* 16 Mei 1949 : penandatanganan teks proklamasi di Ni’ih oleh Hassan Basry.
* 17 Mei 1949 : Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).
* 3 Juni 1949 : Pertempuran Serangan Umum Kota Tanjung di Tabalong.
* 8 Agustus 1949 : Pertempuran Garis Demarkasi di Karang Jawa.
* 2 September 1949 : perundingan antara TNI ALRI DIVISI (A) yaitu Hasan Basri dengan Belanda diwakili Jenderal Mayor Suharjo dan UNCI sebagai penengah di Munggu Raya, Kandangan.
* 2 September 1949 : pengakuan Angkatan Perang Republik Indonesia terhadap TNI ALRI DIVISI (A) sebagai bagian dari angkatan perang dan mengangkat Hasan Basri sebagai Komandan Batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
* 1 November 1949 : peleburan TNI ALRI DIVISI (A) ke dalamTNI Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat, dengan panglima Letkol Hasan Basri dan Kepala Staf Mayor H. Aberani Sulaiman.
* 01 Juni 1950 : pembentukan Kabupaten Kotabaru.
* 29 Juni 1950 : Kepmendagri No. C/17/15/3 wilayah Kalimantan dibagi menjadi 6 Kabupaten Administratif dan 3 Swapraja. Salah satunya Afdeling Van Hoeloe Soengai dibentuk menjadi Kabupaten Hulu Sungai dangan ibukota Kandangan.
* 14 Agustus 1950 : pembentukan Propinsi Kalimantan; pembentukan Kabupaten Banjar.
* 14 Agustus 1950 – 1953 : masa Gubernur dr. Mordjani
* 2 Desember 1950 : pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan Bupati Syarkawi.
* 2 Mei 1952 : Berdirinya Kabupaten Amuntai.
* 1953 – 1955 : masa Gubernur Mas Subardjo
* 14 Januari 1953 : Perubahan nama Kabupaten Amuntai menjadi Kabupaten Hulu Sungai Utara.
* 14 Januari 1953 : Perubahan nama Kabupaten Amuntai menjadi Kabupaten Hulu Sungai Utara.
* 2-3 September 1953 : musyawarah tokoh-tokoh untuk pembentukan Kabupaten Barabai.
* 24 September 1953 : Wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman, sebelumnya diasingkan di Cianjur.
* 11 Januari 1954 : turun gunungnya Bulan Jihad (sahabat Ratu Zaleha) dari pedalaman Kalimantan.
* 4 April 1954 : pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten Barabai di rumah Asisten Wedana Abdul Muis Ridhani, ditunjuk sebagai ketua adalah A. Zaini.
* 1955 – 1957 : masa Gubernur Raden Tumenggung Arya Milono.
* 7 Desember 1956 : Terbentuknya provinsi Kalsel yaitu gabungan dari Kotawaringin, Dayak Besar, Daerah Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara. Belakangan Pasir (bagian Federasi Kalimantan Tenggara) bergabung ke provinsi Kalimantan Timur.
* 1957 – 1959 : masa Gubernur Syarkawi
* 23 Mei 1957 : Wilayah Kotawaringin dan Dayak Besar membentuk provinsi Kalimantan Tengah.
* 1958 : musyawarah masyarakat Tapin di Balai Rakyat menghasilkan Badan Musyawarah Penuntut Kabupaten Tapin, yang diketuai H Isbat
* 15 Maret 1958 : pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten Tabalong dengan ketua Juhri.
* 11 November 1958 : Pengangkatan kerangka Pangeran Antasari untuk dimakamkan di Komplek Makam Pahlawan Perang Banjar di Banjarmasin.
* 1959 – 1963 : masa Gubernur Maksid.
* 24 Desember 1959 : pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
* 4 Januari 1960 : pembentukan Kabupaten Barito Kuala.
* 22 Agustus 1960 : pembekuan kegiatan PKI dan ormasnya oleh Kepala Penguasa Perang Daerah kalsel Brigjen Hasan Basri.
* 3 Juni 1961 : pembentukan Panitia Penuntutan Kabuapaten Tanah Laut (Panitia 17), dengan ketua Soeparjan.
* 1-2 Juli 1961 : musyawarah besar Tanah Laut menghasilkan pembentukan Panitia Penyalur Hasrat Rakyat Tuntutan Daswati II Tanah Laut yang diketuai H. M. N. Manuar.
* 1963 – 1963 : masa Gubernur Abu Jahid Bustami.
* 1963 – 1968 : masa Gubernur Aberani Sulaiman.
* 30 November 1965 : pembentukan Kabupaten Tapin.
* 1 Desember 1965 : pembentukan Kabupaten Tabalong.
* 02 Desember 1965 : pembentukan Kabupaten Tanah Laut.
* 1968 – 1970 : masa Gubernur Jasmani.
* 23 Maret 1968 : pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk Pangeran Antasari.
* 1970 – 1980 : masa gubernur Subarjo Sosroroyo.
* 15 Januari 1979 : wafatnya Ir. Pangeran M. Noor, Gubernur Kalimantan pertama dimakamkan di Jakarta.
* 1980 – 1984 : masa Gubernur Mistar Cokrokusumo.
* 1984 – 1995 : masa Gubernur Ir. H.M. Said.
* 15 Juli 1984 : wafatnya Brigjen Hasan Basri, dimakamkan di Liang Anggang, Banjarbaru
* 10 November 1991 : Peresmian Museum Wasaka oleh Gubernur Kalsel Ir. H. Muhammad Said
* 23 Mei 1997 : Peristiwa Jumat Kelabu di Banjarmasin, kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA (partai)
* 1995 – 2000 : masa Gubernur Gusti Hasan Aman.
* 2000 – 2005 : masa Gubernur Syahriel Darham.
* 20 April 2000 : pembentukan kota Banjarbaru.
* 3 November 2001 : pemberian gelar Pahlawan kemerdekaan untuk Brigjen Hasan Basri.
* 8 April 2006 : pembentukan Kabupaten Balangan dan Tanah Bumbu.
* 2005 – 2010 : masa Gubernur Rudy Ariffin.
Silsilah Kerajaan Banjar
Kerajaan Tanjung Pura dan Nan Sarunai dapat dijelaskan sebagai negara yang rakyatnya melulu dari satu etnik (terutama etnik Maanyan) dan tatanannya diatur oleh tradisi yang ditransformasikan dari nenek moyang ke generasi berikutnya. Sedangkan negara awal merupakan suatu bentuk kerajaan transisi dari negara negara suku ke negara yang tatanan pemerintahannya yang lebih fomal atau teratur. Kerajaan Negara Dipa dan Negara Daha berperan dalam sejarah pembentukan Kerajaan Banjar di kemudian hari, karena silsilah raja-raja Banjar dapat ditelusuri atau berasal dari keturunan raja-raja Negara Dipa dan Negara Daha. Pada masa puncak kejayaannya, Kesultanan Banjar memiliki kekuasaan teritorial yang sangat luas, yakni meliputi wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah dan bahkan pengaruhnya sampai ke sebagian wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat saat sekarang.
Dalam buku Sejarah Banjar (Ideham, dkk. editor, 2003) disebutkan bahwa sejak berdirinya kerajaan Banjar pada 24 September 1526 sampai berakhirnya perang Banjar yang juga berakhirnya pemerintahan Pegustian sebagai penerus kerajaan Banjar tahun 1905, terdapat 19 orang raja yang pernah berkuasa. Sultan pertama adalah Sultan Suriansyah (1526-1545), raja pertama yang memeluk agama Islam, dan raja terakhir adalah Sultan Mohammad Seman yang meninggal dalam pertempuran melawan Belanda di Menawing – Puruk Cahu dalam tahun 1905. Kerajaan Banjar runtuh sebagai akibat kalah perang dalam Perang Banjar (1859-1905), yang merupakan perang menghadapi kolonialisme Belanda. Sultan Suriansyah sebagai sebagai raja pertama berkeraton di Kuwin Utara sekarang yang dahulu sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan, sedangkan raja terakhir Sultan Mohammad Seman berkeraton di Menawing-Puruk Cahu sebagai pusat pemerintahan pelarian dalam rangka menyusun kekuatan untuk melawan kolonialisme Belanda.
Raja-raja Banjar sejak berdirinya kerajaan Banjar sampai lenyapnya pemerintahan Pegustian di Menawing, adalah sebagai berikut :
1) Periode tahun 1526 – 1545: Pangeran Samudera, selanjutnya bergelar Sultan Suriansyah.
2) Periode tahun 1545 – 1570: Sultan Rahmatullah.
3) Periode tahun 1570 – 1595: Sultan Hidayatullah.
4) Periode tahun 1595 – 1620: Sultan Mustain Billah, Marhum Panembahan, yang dikenal sebagai Pangeran Kacil. Sultan inilah yang memindahkan keraton ke Kayutangi Martapura, karena keraton di Kuwin hancur di serang Belanda pada tahun 1612.
5) Periode tahun 1620 – 1637: Ratu Agung bin Marhum Panembahan yang bergelar Sultan Inayatullah.
6) Periode tahun 1637 – 1642: Ratu Anum bergelar Sultan Saidullah.
7) Periode tahun 1642 – 1660: Adipati Halid (Pangeran Tapesana).
Periode tahun 1660 – 1663: Amirullah Bagus Kesuma memegang kekuasaan, 1663.
9) Periode tahun 1663 – 1679: Pangeran Adipati Anum setelah merebut kekuasaan dari Amirullah Bagus Kesuma dan memindahkan keraton ke Banjarmasin bergelar Sultan Agung.
10) Periode tahun 1680 – 1700: Amirullah Bagus Kesuma.
11) Periode tahun 1700 – 1734: Sultan Hamidullah gelar Sultan Kuning.
12) Periode tahun 1734 – 1759: Pangeran Tamjid bin Sultan Amirullah Bagus Kesuma bergelar Sultan Tamjidillah.
13) Periode tahun 1759 – 1761: Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan Kuning.
14) Periode tahun 1761 – 1801: Pangeran Nata Dilaga sebagai wali putera Sultan Muhammad Aliuddin yang belum dewasa tetapi memegang pemerintahan dan bergelar Sultan Tahmidullah.
15) Periode tahun 1801 – 1825: Sultan Suleman Almutamidullah bin Sultan Tahmidullah.
16) Periode tahun 1825 – 1857: Sultan Adam Al Wasik Billah bin Sultan Suleman.
17) Periode tahun 1857 – 1859: Pangeran Tamjidillah.
18) Periode tahun 1859 – 1862: Pangeran Antasari yang bergelar Panembahan Amir Oeddin Khalifatul Mu’mina.
19) Periode tahun 1862 – 1905: Sultan Muhammad Seman.
0 komentar:
Posting Komentar